Wednesday, May 17, 2017

Cerita Seks Saya semakin terobsesi Dengan Tante ku



Judi Bola Saya semakin terobsesi untuk menemukan target bibi loyalitas lainnya untuk memuaskan libido saya yang tinggi. Kali ini target saya juga istri tetangga saya Hesti. Hesti ibu satu anak berusia 3 tahun. Umur saya 28 tahun

Hesti perawakannya cukup kecil dengan tinggi hanya 150 cm dengan rambut keriting sepunggung. Tapi ada aset Hesti yang sering membuat saya menelan saat melihatnya.
Dengan bodi yang tipis, Hesti memiliki ukuran payudara yang cukup besar dengan bentuk bulat yang sempurna. Hal ini jelas karena ia sering mengenakan kaos ketat di lingkungan rumahnya. Dan dia juga memiliki keledai bundar yang sama. Intinya, Hesti memiliki tubuh yang fantastis. Ternyata dia cukup piawai merawat dirinya sendiri. Untung seorang pria bisa menidurinya.
Di lingkungan tempat tinggal kita, Hesti dan suaminya masih di rumah bersama kedua orang tuanya. Hesti dan suaminya keduanya bekerja. Menurut informasi yang saya dapatkan dari istri saya, Hesti bekerja sebagai staf administrasi di sebuah perusahaan di Kelapa Gading. Sedangkan untuk pekerjaan suaminya, saya tidak tahu. Lagi pula, mengapa saya mencari informasi tentang suaminya? Hehehe. Hesti memiliki dua saudara perempuan yang tak kalah cantik. Kiki berusia 22 tahun dan baru tamat kuliah dan 17 tahun Maya masih kelas tiga. Dengan dua adik laki-laki saya, saya akan memiliki cerita terpisah yang akan saya ceritakan di bagian yang terpisah.
Cerita Seks - Hubungan saya dengan Hesti tidak terlalu dekat, tapi kita sering saling menyapa saat kita menyusuri jalan. Dan anaknya sering bermain dengan anak saya. Dia wanita yang baik dan ramah. Untuk berangkat kerja Hesti pakai motor matiknya. Dia pergi sendiri. Ternyata tempat kerjanya dan suaminya, dalam arah yang berbeda, jadi mereka menggunakan sepeda sendiri. Dan ini membuat saya sulit untuk mendekatinya. Aku tidak bisa lagi mendekati hal yang sama dengan Nanik yang masuk akal untuk diikuti. Saya harus mengubah otak saya untuk meditasi.
Tapi nama keberuntungan terkadang datang tiba-tiba. Pagi itu saya memanaskan mesin sepeda saya dan bersiap berangkat kerja. Aku melihat Hesti berjalan menyusuri lorong untuk bekerja. Koq, tumben tidak mengambil sepedanya? Pikiranku ada di hatiku.
Sbobet Casino Sejak Jumat, saya melihat penampilan Hesti sangat santai. Dengan jeans hitam dan blus batik sebagai atasan, tak mampu menyembunyikan bentuk tubuhnya yang fantastis. Bentuk dadanya menyapu ke depan dan ayunan pantatnya ke kiri dengan indah.
Dengan tergesa-gesa aku meraih helm dan jaketku dan buru-buru mengucapkan selamat tinggal kepada istriku untuk bekerja. Aku mengikuti Hesti dari kejauhan. Dan ketika sampai di ujung lorong aku mendatanginya.
"Lho koq ga ambil motor Mbak Hesti? Mau kerja ya?"
"Ya mas, kebetulan motor saya lagi di pinjem sister untuk wawancara."
" Oh begitu….."
"Mbak Hesti yang bekerja di Kelapa Gading khan, kebetulan saya bermasalah dengan Sunter dan melalui gading kelapa. Ayo kita jalankan saja."
Sebenarnya alasan saya untuk Sunter hanyalah tipuan saya jadi saya bisa punya alasan untuk mendekatinya, kalau saya bilang pergi ke Kelapa Gading, saya akan membaca niat saya yang sesungguhnya. hehehe
Agen Sbobet Casino Hesti tampak ragu dengan ajakanku
"Tidak perlu mas, saya naik kendaraan umum, dan selain itu saya tidak membawa helm."
"Tidak, kalau gini khan polisi masih tidur?" Kataku
Akhirnya dia meleleh dengan undangan saya dan langsung mengendarai sepedaku.
Motor saya adalah tipe motor sport sehingga posisi juara duduk sedikit didominasi dan tentunya hal ini memberikan manfaat tambahan bagi saya. Untuk mengantisipasi hal ini Hesti menaruh tasnya di antara posisi duduk saya dengan kursinya. Tapi sesekali, tonjolan dadanya menyentuh punggungku.

Sex Story - Tahan sepeda saya di sepedaku sehingga saya bisa berbicara dengannya untuk waktu yang lama. Obrolan kami ringan tentang pekerjaan dan pekerjaan.
Segera kami sampai di kantornya yang merupakan kompleks pertokoan yang letaknya tidak jauh dari Mal Kelapa Gading.
Setelah Hesti keluar dari sepedaku, dia berterima kasih padaku
"Terima kasih Mas Ardi atas tumpangannya."
"Yeah, Hes."
Karena saya dekat, saya tidak memanggilnya Mbak lagi. Itu karena Hesti memintanya.

Taruhan Bola "Aku akan pulang bersamamu, aku akan pulang dari Sunter sore, jam berapa kamu pulang?"
"Saya pulang jam 5 sore sih mas, tapi jangan repot-repot, naik angkot aja, akan mengganggu mas Ardi lagi." Elaknya.
"Itu tidak mengganggu Hes, daripada Anda mengendarai kendaraan umum di rumah."
"Saya tunggu di sini jam 5 sore," aku berkeras.
"Ya udah deh mas, tapi bener nggak ngerepotin khan?" Dia bertanya lagi.
"Saya tidak tenang."
"Oh saya minta nih ngabarin ngabarin ngomarin gampang kalau sudah sampai."
Ia kemudian menyebutkan serangkaian huruf BB Pin dan angka
"Ya, saya sudah pergi dulu ya mas."
"Ok Hes, semoga beruntung ya."
Hesti tersenyum manis padaku
Dengan cepat saya menurunkan sepedaku ke kantor saya di Sudirman. Pasti sudah terlambat
Tapi ya tidak apa-apa, terus mencari-cari alasan untuk atasan.
***
Pukul 4 sore, saya bergegas ke pemindai jari dan segera meninggalkan kantor. Tak lama kemudian aku menuju ke tempat parkir dan pergi ke Kelapa Gading untuk menjemput Hesti, wanita idaman lain. Dia juga
Pukul 4.40 saya sampai di Kelapa Gading. Aku sengaja menunggunya agak jauh dari kantornya agar tidak menimbulkan gosip dari rekan-rekannya. Segera saya kirim pesan via BBM yang memberitahu saya tentang keberadaan saya. Tak lama setelah bahan bakar dijawab jika dia membersihkan pekerjaannya dan siap pulang.
Sex Story - Segera masuk kembali BBM darinya. Kali ini Hesti berkhotbah jika ia harus menghadiri pertemuan mendadak dengan pimpinan karena gejolak administrasi parsial. Dia mengundang saya untuk pulang dan tidak menunggunya karena dia tidak tahu jam berapa pertemuan akan berakhir. Tapi saya meyakinkannya bahwa saya akan menunggu. Kasian juga kalau harus pulang malam angkot. Dan tetap di hati karena ada keinginan
Aku menunggu di samping sebatang rokok di sudut tempat parkir toko. Untuk membunuh waktu, saya juga mengobrol dengan petugas parkir dan penjaga kios rokok.
Pukul 07.30, masuknya laporan BBM bahwa Hesti telah menyelesaikan pertemuan dengan atasannya dan akan segera keluar dari kantor. Saya juga mengatakan di mana posisi saya berada. Tak lama kemudian sosok Hesti terlihat keluar bersama dua temannya. Setelah berpisah dengan teman-temannya, Hesti kemudian mendekati saya di sebuah kios rokok.
"Ardi mas sudah dibilangin rumah, tunggu tunggu tunggu tunggu aja tunggu," gerutunya tapi sambil tersenyum.
bandarpokerterpercaya "Tapi saudaranya telah melihatmu siang dan malam di angkot." Kataku sembari memujinya.
Hesti sedikit sedih mendengar pujianku
"Ih mas Ardi bisa aja, cantik juga mbak Santi," sebutnya nama istri saya.
Aku hanya menertawakannya.
"Bagus kembali," aku mengundangnya.
Segera saya mengenakan jaket dan helm dan menyalakan motor saya, Hesti langsung menuju ke kursi motor. Saya juga mulai memajukan motor ke tempat tinggal kita.
Udara malam sangat dingin dan udara terasa lembap, tanda-tandanya akan hujan. Dan tentu saja, saat berjalan di sepanjang Jalan Pegangsaan Dua, tanpa pemberitahuan, hujan turun deras, tiba-tiba. Saya langsung berusaha mencari tempat berteduh. Segera saya menemukan sebuah toko ditutup dengan teras yang cukup bagi kita untuk berlindung. Toko itu cukup tersembunyi dan tidak ada penerangan di teras. Penerangan hanya dari kendaraan yang lewat dan sedikit cahaya dari lampu merkuri.
Hesti dan aku setengah berlari dari hujan ke teras kios, sementara sepedaku membiarkan hujan. Sejak saya terlambat, saya memperhatikan bahwa pakaian Hesti basah akibat hujan. Menjadi saya, mengenakan jaket kulit, hanya celana saya yang basah.
Segera saya melepas jaket yang saya kenakan, dan saya mengelapnya sehingga air di luar akan mengering. Aku menyampirkan jaketku di bahu Hesti, yang kulihat mulai menggigil. Tangannya menutupi dadanya. Aku membawa jaketku supaya dia bisa merasa lebih hangat. Dia menatapku dan berterima kasih padanya dengan bibirnya yang sedikit gemetar melawan udara malam yang dingin.
Saya melihat keadaan toko. Toko semi permanen dibangun dengan setengah dinding, setengah dari kayu. Lantainya terbuat dari adonan semen dan tidak dilapisi pasir. Saya perhatikan bahwa kondisinya semakin sedikit berdebu, sepertinya toko itu tutup cukup lama, mungkin karena bangkrut. Aku melihat ke sekeliling kandang kosong, di sebelah kirinya ada banyak tanah yang sepertinya merupakan truk ekspedisi kosong malam itu. Di sebelah kanannya banyak kosong yang dilapisi rumput tinggi.

agen poker terpercaya Untuk waktu yang lama kami berlindung di teras kios, semakin cepat hujan dengan kilat dan petir. Hesti sering mencicit dalam kilatan petir di langit dengan gemuruh petir. Posisi pendirian itu dibawa kepadaku. Saya juga mengambil inisiatif setengah hati dari belakang. Awalnya saya hanya memegang pinggangnya tapi lama kelamaan saya juga meletakkan tangan saya di depan perutnya. Entah itu atmosfer atau dinginnya, Hesti membungkam tindakan saya. Kepala dan punggungnya bahkan disandarkan ke dadaku. Aku terus memeluknya dari belakang sambil melihat jalan raya tempat lalu lintas mulai sepi. Kami telah berlindung selama satu jam. Tak satu pun dari kami terdengar, sibuk dengan pikiran mereka sendiri.
Poker Agen Memeluknya dari belakang, aku menciumnya basah kuyup. Karena posisi kebetulan kami, saya tidak dapat membantu membendung pangkal paha yang menempel pada sekelompok pantat kenyal. Dan sesekali gosok. Seiring waktu, keinginan saya muncul. Pria saya berangsur-angsur mengeras di bawah celana jins saya. Hesti nampaknya sadar akan perubahan biologis di tubuh saya tapi dia hanya melirik saya sambil tersenyum. Merasa lampu hijau saya mulai berani berbuat lebih banyak. Segera saya mengubur tangan saya di bawah blus batiknya dan mengusap usapnya dengan dinding perutnya yang halus. Saya merasakan otot perut cukup tangguh dengan kulit mulus. Sungguh tubuhku harus hesti.Hesti sedikit meniup saat telapak tanganku menyentuh kulit perutnya.
Cerita Seks - Seiring malam semakin dingin dan hasrat saya untuk kegilaan berlanjut, saya mencapainya. Dengan cepat aku tergelincir di bawah bra. Hesti cukup terkejut dengan apa yang saya lakukan dan mencoba untuk memberontak dan melepaskan tangan saya, tapi tanpa ketangkasan, saya memeluknya lebih keras dari punggung saya dan telapak tangan saya mencengkeram cukup kuat dengan payudaranya. Saya merasa payudara memiliki daging yang sangat kenyal dan merasakan tonjolan puting susu lebih sulit. Segera aku mengusap puting dan payudara Hesti dengan telapak tanganku. Akhirnya pertahanan Hesti melemah, napasnya mulai mengi. Aku mencium lehernya dan dia bergoyang saat dia mengerang
"Aaahhhh ...."
Karena tubuh Hesti bergelombang, tubuhku sedikit terdorong mundur dan beristirahat di pintu toko. Tiba-tiba kunci di pintu dilepas karena dudukan kayu tempat kunci mengunci rayap rayap. Pintu kios terbuka sedikit terbuka.

Saya segera menghentikan aktivitas saya dan langsung menarik tangan saya dari balik kemejanya. Segera saya mengambil senter kecil yang selalu saya bawa dari saku jaket saya. Aku membuka pintu untuk membukanya lebih lebar, dan segera aku melemparkan ruangan itu dengan oborku. Ruangan di dalam kios berukuran 3 x 3 meter.
Di dalamnya kosong hanya ada lemari kaca usang, mungkin bekas barang dagangan. Sebuah bangku kayu seperti bangku yang biasanya kita temui di sekolah dasar dan di pojok ada bale / cot yang terbuat dari talang bambu berukuran 1,5 x 2 m.
Ruangan itu sedikit berdebu dan di langit-langit saya menemukan pas ringan yang berisi bola lampu kecil 5 watt dan saklar pull-pull. Saya menarik sakelar dan menyalakan lampu, jika ada catu daya dari sana, mungkin ada sambungan dari truk garasi di sebelahnya.
Ruangan menjadi lebih terang meski lampu masih redup. Suhu di ruangan lebih hangat dari luar. Segera Hesti membawa saya ke bagian dalam toko. Hesti ragu sedikit, tapi aku menarik lengannya untuk memasukkannya ke dalam. Jauh lebih baik dan lebih hangat di dalam daya tarik luar.
Hesti meniupkan sedikit debu pada bale-bale dan dia duduk di sisi bale. Aku segera menutup pintu di dalam tokonya untuk membuat ruangan lebih hangat, dan aku duduk di samping Hesti, kami terdiam beberapa saat saat kami memeriksa kondisi ruangan itu.
Akhirnya saya teringat akan permainan kami yang terputus di luar. Hesti kemudian membuka kancing jaket di bahunya dan meletakkannya di sandaran kursi kayu. Saya langsung menggeser tubuh saya dan memosisikan tubuh saya melawan Hesti. Hesti terlihat cantik di bawah lampu samar 5 watt cahaya, rambutnya sedikit acak-acakan dan basah.

Agent Poker - Segera saya sampai di tengkuk Hesti dengan tangan kanan saya dan membawa wajahnya ke saya. Segera aku meniup bibir Hesti yang patah. Sementara lengan kiriku melingkar di pinggangnya. Cukup lama kita berpagutan dengan posisi duduk saling berhadapan.
Saya mulai meregangkan tubuh Hesti ke bale-bale saat mulut kita masih dalam kain. Aku sedikit menggeser tubuhnya dan dia mengangkat kakinya ke atas bale-bale. Aku tidak lagi peduli dengan debu tipis yang menempel di bale. Keinginan kita jauh lebih menarik dari pada debu.
Sambil terus mengisap bibirnya, lidahku dengan liar menjelajahi rongga mulut Hesti. Aku meletakkan tanganku di bawah blusnya dan mencoba meraih payudaranya. Aku memainkan puting dengan telapak tanganku meski blus dan bra masih menempel di tubuhnya. Tapi seiring waktu posisi itu tidak membuat saya nyaman. Aku menghentikan bibirku dan menariknya ke dalam blus batiknya. Hesti mengangkat tangannya dan mengangkat kepalanya sedikit. Blus yang juga lolos dari tubuhnya. Setelah blus dilepaskan, saya langsung meraih bara panas di punggung Hesti. Dia sedikit melengkungkan punggungnya sehingga tanganku dengan mudah meraih dan melepaskan kait bra yang dia kenakan. Bra akhirnya dilepas. Sekarang di hadapanku tubuh setengah telanjang Hesti dengan payudara bulat sempurna dan puting cokelat yang tidak begitu cerah mendekati pink. Sejenak aku takjub dengan kecantikan tubuh Hesti.
Hesti menyadari bahwa saya melihat tubuhnya dengan erat, dia memegangi payudaranya. Aku segera menarik tangan Hesti dan memegangnya dengan tanganku. Payudara kembali mencuat dengan puting susu yang terasa menantang pada hisap. Segera saya menutupi wajah saya ke payudaranya dan saya mengisap dadanya ke kiri. Hesti teringat dan punggungnya melengkung untuk merasakan rangsangan rangsangan yang saya berikan. Tanganku memegang tangan Hesti. Mulutku terus mengisap puting susu dan memainkannya dengan lidahku bergantian di kedua payudara. Hesti menggelinjang lebih bertenaga, kepalanya terbaring ke kanan ke kiri dengan mulut yang terus merangkul ravish.

"Aahhh ... .. ohhh ... .issshhhh ...."
Untuk waktu yang lama saya memainkan kedua payudara. Setelah puas saya mulai membuka kancing dan memasang ritsleting jeans Hesti dan melewatinya melalui kedua kakinya. Pakaian hitam berenda hitamnya yang dia kenakan juga. Di depanku sekarang terlihat gundukan daging ditutupi bulu halus. Garis itu tampak membentuk belahan pink kemerahan. Vagina tampak sempit, nyaris tidak percaya bahwa Hesti telah melahirkan.
Setengah berlutut di depannya, pegang pahanya dan pasang ke vaginanya. Segera saya dengan lembut mengusap lidah saya ke dalam vagina saya. Hesti lagi menjerit dan punggungnya melengkung lagi. Saya memutar lidah saya terus-menerus melalui vagina. Vagina benar-benar padat dan harum. Saya hanya kapaapukan lidakhku melalui lubang kenikmatan dan sesekali menyentuh klitorisnya. Hesti terus mengerang dan menggelinjang. Liang itu benar-benar basah dengan cairan feminin. Saya merasakan kedutan lembut otot vagina di lidah saya.

Setelah beberapa saat aku bangkit. Sambil masih berlutut di bale, saya melepas semua pakaian dan celana termasuk celana dalam saya. Ayam saya melompat keluar, lurus ke atas dengan pembuluh darah yang menonjol. Hesti sedikit terkejut melihat ukuran penisku. Dia bangun. Duduk di depanku, dia mulai memegang dan membelai sakunya dan kemaluannya. Perlahan dalam budidaya penisku. Batang penis besar dan panjang terlihat tidak bisa disedot seluruhnya oleh bibir mungil Hesti. Tapi saya cukup puas karena hisapan dan sapuan lidah lembut pada batang dan kepala penis saya membuat aliran darah lebih cepat mengalir ke pembuluh darah manusia saya. Ayam saya semakin keras
Cerita Seks - Untuk waktu yang lama Hesti mengisap penisku, akhirnya aku menarik penisku dari putingku dan aku menurunkan tubuh Hesti ke bale-bale. Saya menekan kepala kontol basah saya ke dalam vagina saya hesti. Kedua paha di peregangan dan lutut di tekuk. Vagina sedikit bangkrut. Kelihatannya merah muda dan mengkilap basah dengan cairan yang membanjirinya. Perlahan saya meletakkan kepala ayam saya tepat di pintu masuk vagina.

Saya mendorong pinggul saya perlahan dan kepala penisku meledak mencoba menembus pertahanan Hesti. Terasa sempit. Hesti nampaknya menahan sakit. Saat penisku dikubur setengah jalan di vagina. Aku mencoba mendorong penisku kembali perlahan. Akhirnya dengan sedikit paksaan, batang kontoku saya direndam seluruhnya di vagina Hesti. Hesti menjerit untuk merasakan tubuhnya masuk ke batang penis besar.
"Aaacchhhh

Saya sangat sempit, vagina terlihat menonjol, sesak untuk menampung penisku.
Aku mencium penisku sejenak di vagina Hesti. Rasakan sensasi berdenyut dari otot vagina yang ketat yang menutupi seluruh ayam penisku. Sensasi Sunggung tak terukur.
Perlahan maju punggung saya ke pinggul saya lagi dan penisku terlihat bergerak maju mundur di vagina. Batangnya terlihat basah mengkilap dengan cairan feminin Hesti. Semakin lama saya mempercepat gerakan pinggul saya dan Hesti lebih mengoceh dan mengerang merasakan nikmatnya melakukan hubungan intim kita.
"Aaacchhhhh ...... ooouuchhhh ... ..acchhhhh ...... sssttt ...... mmmaaa asss ...."
Saya hanya kujujamkan penisku ke vagina Hesti. Posisi saya setengah berlutut di tuas tangan kedua saya diposisikan di antara payudara Hesti. Daging yang lembut mengelap kulit lenganku yang melipat sensasi itu. Payudara terus menggoyang irama pahaku berdebar kencang.
Kegembiraan kegiatan kami di bale-bale menciptakan suara berderit yang cukup keras di ruangan itu. Belum lagi suara nafas kami yang mengejar dan mengerang dan suara Hesti yang terus berlanjut, menciptakan suara di malam yang sunyi.
Tiba-tiba Blackberry Hesti berdering, Hesti agak kaget. Segera di capai Blackberry diletakkan di tas yang tak jauh dari tubuhnya. Terlihat nama suaminya di layar BB. Kode anggota Hesti dengan telunjuknya, meminta saya untuk berhenti sejenak untuk memperbaiki tubuhnya. "Ya mas ... .." jawab Hesti. "Saya masih di jalan, tempat penampungan ini, saya naik dengan teman-teman dengan sepeda motor," Hesti berbohong kepada suaminya "Ya saya tinggal segera," pungkasnya. Jadi suara pembicaraan Hesti dengan suaminya di telepon.
Ketika saya menerima telepon, saya tidak menghentikan perjalanan saya, saya hanya mengurangi tempo, jadi dia sedikit berbicara sehingga saya tidak bisa mengerang. Di perutku perutku merajuk.
"Hampir tertangkap," katanya lagi.
Tidak ada rasa bersalah di wajahnya meski vagina yang seharusnya menjadi hak suaminya ada di pintu masuk kontol tetangganya. Ledakan yang penuh gairah mengatasi logika dan akal. Segera saya mendorong pinggul saya dengan tempo yang lebih cepat. Hesti memerintahkan dan segera dia menjerit lama saat dia meremas lenganku dengan keras. Di bawah ini adalah kedutan yang lebih kuat dan otot barengi dengan punggungnya sedikit melengkung melawan hembusan kenikmatan yang dirasakannya. Hesti mencapai klimaksnya.
Melihat dia mengalami orgasme saya juga mempercepat tempo permainan saya. Sudah 40 menit aku memukulinya dengan posisi misionaris. Tak lama kemudian, pertahanan saya mulai rusak. Polong saya semakin cepat Tubuh saya berkedut dan pinggul saya terdorong begitu keras sehingga tas saku saya menyentuh bibir vaginanya. Ujung penisku menyentuh serviks. Semprotan saya disemprotkan ke dalam vaginanya. Batang penisku berdenyut nyaring.
Hesti merasakan sensasi kenikmatan yang tak tertandingi. Matanya terpejam, mulutnya setengah terbuka. Suara itu mengerang dari mulutnya saat sensasi aliran lahar hangat mengalir ke tubuhnya. Tangannya tiba-tiba mencengkeram leherku dan menarik mukaku ke dekatnya. Bibirku menangis liar. Menggigit juga bibir bawahku dan lidahnya menyeka setiap rongga mulutku dengan hati-hati. Lihatlah sisi liar Hesti.
Tubuh kita bertepatan, tubuhku masih bersandar di tubuhnya. Payudaranya cukup keras di dadaku. Keringat kita tercampur Alat kelamin kita juga digabungkan dalam vagina hesti. Penis saya masih benar-benar bercabang Otot vagina erat kaitannya dengan enggan mengeluarkan kontol saya. Hujan di luar memudar seiring dengan berakhirnya pertempuran kita. Suhu kamar tidak lagi dingin tapi panas disertai suara terengah-engah.
Perlahan aku melepaskan bibir Hesti dan menarik penisku keluar dari vaginanya. Batang penis saya terlihat sangat basah. Dan saya melihat bahwa pembukaan vagina yang sempit sekarang bermekaran seperti bunga dan cairan cairan sperma leleh saya terlihat. Aku bangkit dan mulai berpakaian. Hampir satu jam kami berhubungan seks di toko. Hesti nampaknya benar-benar lelah. Aku membantunya bangkit dan mengenakan kemejanya.
Kepalanya menempel di pundakku dan aku menekuk tubuhnya ke motor luar. Dengan lembut Hesti mencium pipiku sambil berbisik "Besok ya sayang ........."

1 comment:

  1. Yuk bosku bergabung bersama kami
    di permaianan tebak angka
    Telp : +85581569708
    BBM : D8E23B5C
    Line : togelpelangi
    Skype: Togel Pelangi
    Link: http://www.togelpelangi.com/

    ReplyDelete